Saturday, July 16, 2011

Kerugian Menabung di Bank

Menabung memang penting. Tidak ada yang mau hidup miskin di hari tuanya, namun sayangnya informasi dan pendidikan finansial tidak ditanamkan sejak dini kepada masyarakat, akibatnya masyarakat kebanyakan cuma tahu dua cara menabung: di bank atau di bawah bantal.
Menabung uang di bawah bantal akan membuat anda rugi karena nilai uang akan semakin menurun karena tingkat inflasi. Nilai Rp. 20,000 pada tahun 1990 dengan nilai Rp. 20,000 di tahun 2010 tentulah berbeda.
Selain menabung di bawah bantal, masyarakat hanya tahu menabung di Bank atau deposito. Tapi sayangnya bunga bank amat sangat kecil.
Misalkan saja kita menabung di Bank itu. Tahapan Bank itu memberikan bunga 2,5% per tahun dengan catatan ada biaya administrasi 10,000 sebulan. Jika kita hitung, maka praktis bunga per bulannya adalah 2.5% dibagi 365, sekitar 0.208% per bulan. Anda harus memiliki uang sekitar 4,800,000 hanya untuk membayar biaya administrasi. Bank juga mengambil keuntungan dengan memberikan bunga sangat tinggi pada penggunaan kartu kredit, yakni 3% per bulan.
Jika kita tidak cerdik, maka kita akan menghadapi permasalahan klasik, uang kita tidak bisa mengalahkan laju inflasi.
Kenapa bank tidak mau memberikan kita bunga terlalu tinggi? Hal ini dikarenakan bank meletakkan uangnya pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang nilainya ditentukan Bank Indonesia. Bank memperoleh keuntungan dengan melakukan margin spread.
Jika bunga SBI 6.75%, maka mereka bisa mendapat keuntungan dengan mendapatkan bunga dari SBI dan meminjamkan kredit di atas bunga bank sentral. Ilustrasinya, Bank Indonesia memberikan bunga kepada bank yang menanamkan dana di SBI sebesar bunga bank Sentral (6.75%), sedangkan masyarakat yang menabung di deposito diberikan bunga 5.75%, mereka mengambil selisih keuntungan 1%.
Bayangkan betapa besar keuntungan yang diperoleh Bank, itu sebabnya, semakin banyak anda mencicil dengan kartu kredit dan melakukan pembayaran minimum, anda akan membuat bank tambah kaya karena bunga yang diberikan kepada konsumen sangat-sangat kecil.
Bank di Indonesia juga lebih gemar mengucurkan kredit untuk barang-barang konsumtif daripada kredit UKM, maka tidak mengherankan kalau susah sekali mendapatkan dana untuk keperluan bisnis. Bunga menggunakan kartu kredit misalnya, mencapai lebih dari 45%.
Misalkan anda menggesek tunai untuk meminjam uang dari kartu kredit dan hanya melakukan pembayaran minimum selama setahun, anda membuat Bank semakin kaya dengan memberikan mereka bunga 45%, padahal biaya bunga yang diberikan ke nasabah tidak lebih tinggi dari bunga bank sentral.
Salah satu yang jarang diajarkan di sekolah sejak dini adalah pendidikan finansial. Menabung di bank memang aman dan sangat likuid, tapi harus dibayar dengan bunga yang sangat rendah. Itu sebabnya orang harus mengenal instrumen investasi lain seperti reksadana.
Tentu saja ada alternatif lain seperti membeli emas atau obligasi, namun untuk golongan investor pemula, reksadana adalah instrumen investasi yang paling mudah untuk diakses dan tidak ribet.
Saya secara pribadi lebih suka menggunakan Bank sebagai tempat “singgah” sebelum uang saya diinvestasikan ke tempat lain seperti reksadana dan saham. Jadi jangan melihat Bank sebagai tempat untuk menabung, tapi lebih kepada fasilitator dan menjaga likuiditas saja, dengan demikian anda tidak terlalu sakit hati membayar biaya administrasi tahunan yang ditagihkan ke rekening anda.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...